RIUS BLOG

Blog gaul penyayang wanita,pecinta kedamaian.

Blogger Template by Blogcrowds

Masalah Bervocal yang baik

Senin, 06 April 2009

Wah, sepertinya menarik tuk reply..........cuma sayangnya rame dah deket2 ujian dimana kuliah rame juga yakni, final exam.....serammm….yang mesti jadi prioritas daripada hanya sekedar berdiskusi apalagi yang nggak jelas hehehe........

Marlius:
Emang gak penting membahas dengan siapa dinner berlangsung, yang penting untuk dibahas itu, napa kak Misterjuga gak diundang dinner ke JNU. Ust. Fachim bertanggung jawab dalam masalah undang-mengundang ini.

>>> Hehehe....kenapa saya nggak ngundang Mister??? Berapa kali saya undang tuk dateng bahkan saya tanyakan lewat telfon tuk main ke JNU dan ehm hasilnya, bisa lah ustadz liat di signature mail-nya......... "too busy..." entah bussy seorang "winner" atau "looser" :-p. Ataukah takut Oklha Secret Centre nggak ada yang nungguin??? :-) Beda dengan jika saya undang kalian yang “always ready” dan apalagi uda Kris yang selalu "on air" disela2 kesibukannya dengan sms 1 paisanya dan terkadang menyempatkan untuk bertemu di GSP (Gangadhaba Strategic Palace). Bahkan Mala, yang saya dengar dari Kawan-kawan, that’s Palestinian walla katanya dulu sering main ke JNU…

Jos, saya mo sedikit komentar nih, bebas2 aja kan karena pandangan saya sedikit beda sama Kris:

Jika emang seseorang tidak punya keahlian dalam bervocal apakah layak anda paksa agar rekan tersebut bisa bervocal lalu tampil lebih dari teman² kita di Indonesia yg setiap harinya berdemonstrasi? Saat di Indonesia tepat hal tersebut diterapkan dan bahkan secara tidak langsung fenomena lingkungan di Indonesia juga membentuk seseorang untuk bertindak vocal. Dan tidak dapat kita pungkiri bahwa seseorang itu memiliki keahlian masing² dan itu dapat terlihat oleh kita jika selalu diasah

>>> Soal, vocal ato tidak saya jadi ingat komentar dosen saya waktu memberikan motivasi pada saat perekrutan asisten dosen, Prof. Rustam Edward Siregar (Dekan FMIPA di unpad.ac.id). singkatnya begini, "ilmu apapun yang kita pelajari, kalau kita faham atau tau betul pasti kita BISA bicara alias vocal". Dalam ilmu sciences dan mungkin lainnya bisa dilakukan dengan metode asistensi atau mengajar...untuk melancarkan berbicara dan menambah kepercayaan diri untuk tampil didepan umum jg melatih pembicaraan kita lebih terstruktur, focus (nggak ngalor ngidul). Selain itu juga bisa dengan mengikuti seminar2 dan harus ikut bertanya, yang diadakan di institusi tertentu wah banyak sekali di India ini… sempat saya diboongin sama orang gara2 saya tanya tempat seminar IT oleh DU di CGO Complex deket Nehru Stadium trus dikasih tau Nehru Place….lho…jauh itu, jadi terlambat tapi…nggak jadi masalah. Juga bisa dengan kelompok2 diskusi yang dilakukan dimana saja baik di taman2, di kelas juga di warung kopi. Atau di negri JNU dikenal GSP (Gangadhaba Strategic Place).

Mengenai di India atau dilingkungan saya jnu.ac.in wah…itu justru lebih dari yang saya dapatkan di unpad.ac.id, yang saya alami itu sangat kondusif dimana mereka, para professor dan peserta seminar yang tau persis bahasa inggris tidak memperdulikan apakah gramatical dan spelling kita bagus atau tidak, selama mereka bisa menangkap pembicaraan kita itu sudah bagus. Mereka lebih bangga jika melihat anak didiknya yang vocal dan berani bertanya ato kepengen tau daripada yang diam dan tidak mau bertanya. Orang diam kan ada dua kemungkinan, ngerti ato tidak ngerti? Nah disinilah kita harus bisa menunjukkan bahwa kita itu tau persis dari apa yang kita pelajari, hampir tiap assignment, selalu ada yang namanya viva/wawancara untuk mengetahui bagaimana kita sebagai siswa memahami bahan studi, buat assignment sendiri dan nggak nyontek.

*** Tidak ada yg mati suri di India ini. Kita dapat membangun diri kita masing² dan itu juga sesuai kemampuan yg dimilikinya. Namun dalam membangun nuasa ilmiah tersebut pasti setiap orang memiliki cara dan metodenya masing². Kalau boleh saya meminjam kata² bung MG "banyak baca!", ini yg akan membuat cara berpikir kita akan lebih ilmiah, minimal kita mampu menggunakan kata² yg lebih baik dalam menyampaikan sebuah ide dan yg sangat terpenting penyampaian tersebut dapat dimengerti oleh orang lain.

>>> Hm…soal "banyak baca", sebetulnya nggak ngejamin juga…apa dulu yang dibaca?? karna banyak teman2 saya yang boleh dibilang “calon dokter” sampai saya sapa “ibu dokter” tapi bacaannya buku2 ringan seperti komik Sinchan misalnya, atau banyak baca tetapi bukan bacaan yang mengarah pada keilmuan tertentu, yakni hanya informasi2 ringan dan sepertinya kurang manfaat. Nah, semakin seseorang itu faham dan tau persis yang akan dibicarakan, biasanya dia bisa dengan mudah merepresentasikan ide dengan “kata2 dan cara termudah” yang sangat mudah dimengerti orang lain. Saya pernah ketawa geli dalam hati ketika melihat junior saya yang baru mengenal istilah eksplorasi geofisika di kelas seperti interpretasi, penetrasi, polarisasi, processing dsb dan memakainya pada saat diskusi di himpunan yang sebetulnya bisa dikatakan dengan kata yang mudah seperti pemahaman, pendalaman, pembagian dan pengerjaan. Yah mungkin biar lebih keren, tapi ngawur..

*** Kenapa anda harus "iri", wong anda juga tak dapat berbuat apa² untuk dapat menghadiri seminar ini dan itu, diskusi ini diskusi itu secara darat kan atau hadir secara langsung pada acara tersebut? lalu yg seharusnya anda "iri" kan yaitu bagaimana suatu saat atau mungkin saat ini juga ide-ide yg anda peroleh tersebut anda curahkan pada diskusi² yg mungkin anda dapat tampil atau hadir didalamnya. Menurut saya anda sangat aktif dalam berbagai forum diskusi baik Milis Nasional dan sebagainya dan sebagainya. Dan ini juga salah satu point penting buat anda bukan? dimana suatu saat anda akan secara mudah mengolah segala ide-ide yg sebelumnya telah anda terima baik dari diri anda sendiri atau pun dari rekan-rekan anda yg sebelumnya mengajak anda untuk berdiskusi, berseminar dan sebagainya.

>>> Sepertinya dengan aktif di milis2 setidaknya bisa menumpahkan ide2 kita. Kalo Ipul minat di dunia IT bisa gabung di forum IEEE atau computerforum.com dan masih banyak lg. Itulah pentingnya pengalaman berdiskusi hingga daya “recognition” (atau penangkapan informasi dengan pembandingan informasi sebelumnya) lebih terasah. Yang saya lihat sejak pertama ke India, sepertinya menarik ada diskusi tiap minggu di PPI tapi hanya Qisai yang jadi “single fighter” dan itu “cuma sekali”.

Semoga bermanfaat dan nggak nyinggung sana sini demi untuk kebaikan kita bersama, salam!

regards,

0 komentar:

Posting Komentar